Komunikasi Krisis
![]() |
| Alif Iman Nurlamba |
Pada tanggal
07 November 2017, kelas Kapita Selekta kami kedatangan seorang dosen tamu yang
bernama Alif Iman Nurlamba. Beliau adalah seorang juru bicara di IFRC, Kawal
Pilkada, dan GITA. Dengan pengalaman di lapangan yang banyak, ia bawa ke dalam
perkuliahan untuk menambahkan wawasan
para mahasiswa yang mengikuti perkuliahannya.
Beliau
memulai perkuliahan dengan menceritakan mengenai bencana tsunami di Samudra
Hindia pada tahun 2004. Pada saat itu, organisasi-organisasi dan relawan belum
pernah menangani atau memberi bantuan dengan skala besar. Pak Alif mengeluarkan
sebuah pertanyaan, apakah butuh komunikasi antara organisasi-organisasi tersebut
dengan para korban? Tentu saja jawabannya adalah iya, karena dengan
berkomunikasi organisasi-organisasi tersebut dapat mengetahui bantuan atau
kebutuhan apa yang diperlukan oleh para korban.
Komunikasi
dan informasi itu merupakan komponen yang penting. Bagaikan manusia butuh air
dan makanan. Beliau mengutip “People need information as much as water,
food, medicine or shelter. Indormation can save lives, livelihoods and
resources....” Ia menjelaskan bahwa
informasi memberikan kekuatan, karena ketika kita kurang informasi, membuat
korban menjadi semakin menderita.
Pada tahun
2007, Pak Alif bersama dengan Irish Red
Cross kembai ke Aceh dan membentuk Community
Outreach Program. Saat itu, setelah dua tahun lebih sejak tsunami terjadi,
masih ada orang-orang yang belum memiliki rumah. Hal ini karena mereka tidak
mendapatkan informasi.
Kini, informasi sangatlah
penting. Misalnya, pada 2 menit lalu Anies Sandi melakukan kesalahan dan di 2
menit kemudian orang-orang dapat langsung tahu. Menurut artikel TNY TIMES, a 21st century migrant's
essentials: food, shelter, smartphone. Dulu, PMI menempelkan surat sebagai
bentuk iklan/pengumuman di tempat-tempat
umum, biasanya di mading dan koran. Pesan yang ingin disampaikan dalam
iklan maupun PR, intinya hanya satu. Di PM, teknik komunikasi yang digunakan
adalah behavior change communication
(perubahan perilaku)
Komunikasi Publik dan Komunikasi Massa
Komunikasi publik adalah
komunikasi dua arah, pertukaran ide dan pesan, terdapat feedback diantara pengirim
pesan dan penerima pesan. Dan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan
medium komunikasi. Contohnya adalah talk show dan seminar. Komunikasi massa adalah
komunikasi satu arah, penerima pesan hanya dapat menerima pesan, tidak dapat
memberikan feedback, hasil dari informasi yang disampaikan dapat berbeda-beda
dan tidak bisa dilihat secara langsung, komunikasi yang menggunakan banyak
media untuk “memanipulasi” opini massa, melibatkan teknik jurnalisme, dan
melibatkan teknik periklanan. Contohnya adalah berita-berita dan informasi yang
disebarkan melalui media seperti TV, radio, film, koran, majalah, dan
lain-lain.
Dikarenakan ada
perbedaan antara komunikasi publik dan komunikasi massa yang kompleks, terdapat
perbedaan pada teknik delivery (speech), yaitu bahasa yang digunakan
berbeda. Bila pada komunikasi publik, kita dapat menyesuaikan secara langsung
dengan melihat keadaan audiens pada saat itu juga. Sedangkan komunikasi massa,
belum tentu bahasa-bahasa yang digunakan dapat diterima sama dengan lapisan
masyarakat yang beragam, sehingga komunikasi massa harus menggunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh segala lapisan masyarakat.
Bagaimana pula dengan sekarang?
Landscape media massa dan media komunikasi lainnya seperti sosial
media, sedang mengalami perubahan. Dunia sedang mendefinisi ulang mengenai
hal-hal tersebut, karena masih belum terdapat pemahaman yang tepat. Sebab setiap
orang memiliki pemahaman dan keyakinan yang berbeda-beda, itu lah yang menjadi
dorongan para ahli mengubah dan mendiktekan kembali komunikasi tersebut.
Komunikasi krisis dan komunikasi risiko
Krisis adalah segala sesuatu yang
berjalan dengan denga keliru, sedangkan
risiko adalah segala sesuatu yang mungkin saja keliru. Pak Alif memberikan
contoh, yaitu mengenai kemacetan di Tanah Abang yang disebabkan oleh PKL
(pedagang kaki lima) yang mulai kembali berjualan di area Tanah Abang. Kemacetan
adalah krisis yang harus dihadapi oleh Pemda. Para PKL adalah risiko yang
seharusnya tidak perlu dihadapi oleh Pemda bila peraturan yang ditetapkan dapat
mengatur dengan baik.
Kepercayaan
Melalui krisis2 yang dihadapi, PR ingin menarik kepercayaan
publik:
1.
Motif – melindung? Apakah motif itu melindungi
atau malah tidak melindungi kepentingan publik?
2.
Jujur-menyampaikan? Apakah yang disampaikan merupakan
fakta di lapangan?
3.
Terampil-mumpuni? Apakah cara menyampaikan dan
menyelesaikan masalah dilakukan dengan baik?
Kepercayaan dalam komunikasi dapat diraih bila kita:
1.
Transparan: tidak ada hal yang di tutup-tutupi
2.
Potensi resiko (komunikasi krisis dan komunikasi
resiko) dapat menghadapi krisis yang melanda dan menghindari resiko yang
mungkin saja dapat terjadi
3.
Mendengarkan: menjadi wadah untuk menampung
semua aspirasi publik
4.
Media: menggunakan media yang tepat dalam
menyampaikan sebuah pesan
Perspektif (tergantung cara pandang) = realitas dlm
komunikasi krisis
Apakah pada jaman sekarang, PR membuat sebuah berita yang
melindungi publik atau malah melakukan judgement?
Fakta/realitas
-
Objektif: hal-hal yang belum tentu disepakati
oleh semua orang atau belun diakui oleh semua orang. Contoh: gaya gravitasi,
kita tahu bahwa benda pasti jatuh ke
bawah, Newton belum menjelaskan mengenai medan magnet bumi
-
Subjektif: pengalaman yang kita pernah alami. Contoh:
bila kita kehujanan, pasti akan sakit masuk angin karena kita pernah
mengalaminya
-
Inter-subjektif: hal-hal yang disepakati oleh
semua orang. Contoh: semua orang mengakui bahwa uang itu penting
Fakta yang diberikan selalu
mengalami bias. Setiap orang dapat memahami fakta dengan berbeda-beda. Dapat
secara langsung diterima dan dapat mengalami bias. Agar dapat bersih dari bias,
publik harus menyingkirkan prasangka. Prasangka atau pendapat (anggapan yang
kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui , menyaksikan, menyelidiki
sendiri).
Tujuan dari seorang komunikator
adalah untuk mengubah pikiran atau mendorong orang melakukan sesuatu. Dari PR, Advertising hingga jurnalisme memiliki
tujuan yang sama. Sehingga sebagai seorang calon-calon sarjana Ilmu Komunikasi,
kita harus memahmi betul tujuan ini.
Bingkai komunikasi anda, memiliki beberapa langkah dari SOCO
(Single Overriding Communication Objective)
Step 1: what is your issue?
Apa yang ingin kita bahas? Apa yang ingin kita angkat?
Step 2: why do you
want to focus on this issue and why do you want to focus on it now?
Mengapa kita memilih tema tersebut? Mengapa kita ingin
publik fokus pada isu tersebut?
Step 3: who needs to
change their behaviour (audience)?
Siapa target yang harus mengalami perubahan perilaku?
Step 4: what is the
change that you want to see in your audience as a result of your communication?
Perubahan apa yang ingin didapat melalui audience sebagai
hasil dari komunikasi yang kita lakukan?
Talking Point
Seorang ahli memiliki pola menyampaikan informasi seperti
piramida terbalik. Awalnya panjang, lengkap, penjelasan yang masuk akal, dan
baru bergerak ke poin pentingnya. Namun,
pada hasilnya, orang-orang mendengar seperti piramida. Yang ditangkap di awal
adalah poinnya dan yang selanjutnya hanyalah informasi tambahan atau pendukung.



Komentar
Posting Komentar