Mengamati Framing Media Massa
Pembicara
Asep Saefullah memulai kuliah umum dengan menjelaskan mengenai framing yang
dilakukan oleh media. Pak Asep mengambil berita tentang Papua sebagai contoh.
Papua sering kali meninggalkan kesan sebagai zona atau tempat yang berbahaya,
terutama ketika diberitakan oleh media. Hal yang kerap diberitakan mengenai
Papua adalah penyanderaan, kekerasan, separatisme, dan lainnya.
Kebenaran
jurnalisme dapat diibaratkan sebagai bawang merah. Ketika dikupas akan terus
terdapat kulit didalamnya hingga mencapai inti tengahnya. Berita yang muncul di
permukaan belum tentu merupakan kebenaran mutlak.
Apapun
yang terjadi di dunia ini merupakan sumber informasi bagi media. Prosesnya
terdiri dari gathering information,
production, dan publishing.
Berbagai macam media massa mempunyai ciri khas masing-masing baik dalam isi dan
pengemasan beritanya, maupun dalam tampilan serta tujuan dasarnya. Kepentingan
dari media massa dapat memengaruhi berita yang disampaikan. Misalnya, media
Suara Karya yang dimiliki oleh Partai Golkar biasanya akan memberitakan hal-hal
positif mengenai partai atau politisinya. Fakta yang disampaikan media bukanlah
fakta yang objektif, melainkan fakta yang telah dikonstruksi oleh media atau
wartawannya dengan latar belakang kepentingan tertentu.
Perspektif
media massa terdiri dari empat pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan
pluralis. Menurut pendekatan ini, berita adalah cermin dan refleksi dari
kenyataan. Oleh karena itu, berita haruslah sama dan sebangun dengan fakta yang
hendak diliput.
2. Pendekatan positivis. Menurut pendekatan ini, media merupakan saluran pesan. Ada fakta
riil yang diatur oleh kaida-kaidah tertentu yang berlaku universal.
3. Pendekatan
kritis. Menurut pendekatan ini, berita tidak mungkin merupakan cermin dan
refleksi dari realitas, karena yang terbentuk hanya cermin dari kepentingan
kekuatan dominan.
4. Pendekatan
konstruksionis. Menurut pendekatan ini, media merupakan agen konstruksi pesan.
Fakta yang ada dalam media tiada lain merupakan konstruksi atas realitas.
Kebenaran suatu fakta bersifat relati, berlaku sesuai konteks tertentu.
Mengapa berita perlu dianalisis? Fakta atau peristiwa merupakan
hasil konstruksi dengan media sebagai agen konstruksi. Berita cenderung bukan
merupakan refleksi dari realitas, melainkan hanya konstruksi dari realitas
sehingga bersifat subjektif. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan
adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Pada akhirnya, khalayak atau
masyarakat yang melakukan penafsiran tersendiri atas berita dan media.
Komentar
Posting Komentar